Saya sudah cukup lama 'menetap' di Jogja lebih dari 10 bulan, gegara dapat beasiswa buat kuliah di sini. Kalo enggak, belum tentu bisa melanjutkan pendidikan di "Kota Pelajar" ini.
Sebagai 'warga Jogja sementara' selain mengunjungi kampus untuk kuliah, saya juga berwisata ke beberapa tempat yang indah di mata, sejuk di hati (oke hentikan). ada beberapa tempat wisata yang menarik perhatian saya, salah satunya akan saya share disini.
CANDI SAMBISARI
Mungkin tidak semua pendatang seperti saya tau tentang candi yang satu ini. Bahkan, kalo ngomongin soal "candi", pasti yang pertama terlintas kalo nggak Candi Prambanan yaaa Candi Borobudur. Gak apa, gak ada yang salah kok. Kita sama-sama mencari dan berbagi.
Saya pertama kali kesini diajak teman, dan ternyata tidak terlalu jauh dari lokasi saya berada (babarsari), sekitar belasan menit udah nyampe tujuan - Kalasan menggunakan motor.
*kalo mau tau tempatnya searching aja di google maps* :3
Kalo mau kesini, minimal bawa uang 4k ya, 2k buat parkir, 2k buat biaya masuk. Tiket masuk ke sini (waktu saya kunjungi) buat usia <12 sebesar 1k, dan 12 ke atas 2k. Dan, ulalaaa~ anda bisa memanjakan diri hanya dengan berjalan mengelilingi satu candi ini. Iya, cuma satu. Jadi, buat yang hobi "foto" tapi males jalan jauh + capek, ini recommended banget.
Foto Candi Sambisari dari berbagai sisi dan berbagai kamera.
Biasanya, dibalik peninggalan-peninggalan gini pasti ada cerita atau mitosnya. Begitu saya tanyakan ke teman yang mengajak, katanya "cari aja di google". Padahal saya kira dia tau, karena dia yang mengajak. Tapi yaaa sudahlah.
Beberapa waktu kemudian, saya coba searching awal mula "keberadaan" Candi Sambisari. Dan dari beberapa sumber - tentu dengan jawaban yang kurang lebih sama - saya mendapat kesimpulan bahwa candi ini ditemukan secara tidak sengaja tersentuh oleh cangkul milik petani penggarap sawah, yang awalnya berupa reruntuhan saja, yaitu pada Juni
1966, dan segera berita penemuan tersebut sampai ke kantor Cabang Lembaga
Purbakala dan Peninggalan Nasional di Prambanan (sekarang Suaka Peninggalan
Sejarah Purbakala). Kemudian dilakukan peninjauan dan penelitian lebih lanjut di tempat tersebut, dan akhirnya diperoleh kepastian bahwa penemuan tersebut merupakan situs candi dan dinyatakan sebagai daerah suaka budaya. Posisi candi yang berada 6,5 meter dari permukaan tanah sekitar itu, diperkirakan terjadi karena tertimbun letusan gunung Merapi (oke yang lain saya copas dari internet. Gak mungkin saya tahu sedetil ini, berhubung nilai sejarah jaman SMA saya agak mengkhawatirkan).
Kompleks Candi Sambisari berlokasi berdekatan dengan
bangunan candi yang lain misal Prambanan, Kalasan, Sari dan lainnya. Lokasi
Candi Sambisari berjarak sekitar 5 km dari kompleks candi Prambanan kearah
barat atau sekitar 14 km dari pusat kota Yogyakarta ke arah timur. Candi
Sambisari merupakan candi Hindu beraliran Syiwaistis dari abad ke-X dari
keluarga Syailendra ini berada di wilayah kabupaten Sleman propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Saat penggalian kompleks candi Sambisari juga ditemukan
benda-benda bersejarah lainnya, misalnya perhiasan, tembikar, prasasti
lempengan emas. Dari penemuan tersebut didapat perkiraan bahwa candi Sambisari
dibangun tahun 812-838 M saat pemerintahan Raja Rakai Garung dari Kerajaan
Mataram Hindu (Mataram Kuno). Kondisi kompleks candi Sambisari sangat terawat
dan bersih dan banyak wisatawan lokal, domestik maupun mancanegara banyak
berdatangan mengunjunginya dan menjadi satu paket kunjungan wisata budaya
dengan kompleks candi lain di sekitarnya khususnya candi Prambanan yang sudah
lebih terkenal.

Candi Sambisari merupakan percandian yang terdiri dari sebuah candi induk dan
tiga buah candi perwara pada bagian depannya. Candi induk menghadap ke arah
Barat denahnya berupa bujur sangkar dengan ukuran 13,65m x 13,65m dengan ketinggian
7,5m. Hal yang menarik dari Candi Sambisari ini yaitu tidak terdapat kaki candi yang
sebenarnya, sehingga bagian alas sekaligus berfungsi sebagai kaki candi. Pada
sisi luar dinding tubuh candi terdapat relung-relung yang diatasnya terdapat
hiasan kala. Setiap relung ditempati oleh Dewi Durga (utara), Ganesa (timur)
dan Agastya (selatan). Sedangkan pada kanan-kiri pintu masuk bilik candi
terdapat dua relung untuk dewa-dewa penjaga pintu yakni, yaitu Mahakala dan
Nandiswara, sayangnya kedua arca tersebut kini sudah tidak berada lagi
ditempatnya. Pada bagian dalam bilik candi terdapat Yoni dengan hiasan seekor
naga pada bagian ceratnya dan sebuah lingga pada bagian atasnya.

Tiga buah candi perwara yang berada didepan Candi Sambisari
berukuran 4,9m x 4,8m untuk bagian tengahnya, sedangkan perwara utara dan
selatan berukuran 4,8m x 4,8m. Ketiga candi perwara tersebut tidak mempunyai
tubuh dan atap, yang ada hanya kaki dan pagar langkan pada bagian atasnya.
Kompleks Candi Sambisari secara keseluruhan dikelilingi oleh pagar dari batu
putih yang berukuran 50m x 48m. Pada masing-masing sisi pagar terdapat pintu
masuk akan tetapi disisi utara ditutup.
Jalan menuju ke lokasi kompleks candi dapat dilalui oleh
segala jenis kendaraan, namun belum ada kendaraan umum yang melewati tempat ini
sehingga ditempuh dengan ojek atau dokar/delman sekitar 2 km dari tepi jalan
Yogya-Solo. Untuk mencapai lokasi candi, dapat ditempuh dengan naik bus jurusan
Yogya-Solo sampai kilometer 10 dimana terdapat papan penunjuk jalan menuju.
Saya datang kesini saat sore setelah ashar, dan sebenarnya setelah ini juga ingin mengunjungi candi-candi lainnya yang juga menyimpan keindahan dan cerita tersendiri selain Candi Prambanan yang terkenal dengan Roro Jonggrang-nya, ataupun Candi Borobudur yang masuk dalam "7 Keajaiban Dunia". Namun apa daya karena kami yang datang kurang awal, dan tidak mau pulang lewat maghrib, akhirnya kami pulang, ditemani sunset yang menemani perjalanan pulang kami.
Sebenarnya banyak tempat lain yang saya kunjungi, namun hanya ini yang dapat saya selesaikan terlebih dahulu. Yang lain akan menyusul sesempat penulis. Oke mungkin hanya ini yang dapat saya bagikan. Jika ada pertanyaan ataupun pernyataan seputar postingan saya ini bisa disampaikan lewat kotak komentar di bawah.
Yogyakarta | 24 Mei 2015 | 14.07