Bye-bye My Moodboster

awalnya muncul begitu saja saat saya lagi ngadmin. entah kenapa followers yang satu ini menarik perhatian saya. kemudian saya stalk dan menemukan suatu "bukti" yang jujur saja menohok banget.

karena untuk masalah yang satu ini nggak saya ceritakan pada siapapun - dan saya sangat butuh pelampiasan - akhirnya dengan brutal dan tega pun saya mengupdate tentang perasaan yang saya alami di LINE. merasa belum puas, saya update di Twitter. kalo galau banget pasti saya tuangkan di Twitter. kenapa? karena hanya Twitter satu-satunya sosmed yang nggak dimiliki orang tua saya.

yeah, kalian boleh bilang saya anak yang tega. tapi terkadang kalian juga butuh pelampiasan dimana pada saat itu kalian tidak ingin orangtua kalian tahu, kan? saya pernah bikin pm yang membuat orangtua saya panik, padahal saya biasa-biasa saja, dan saya hanya membalas 'ndak apa-apa'.

setelah puas dan lega, entah kenapa saya juga ingin ngeblog. mungkin kalau postingan ini saya baca lagi, saya akan teringat kembali betapa sakit hatinya seorang cewek-tidak-peka terhadap seauatu yang sebenarnya biasa saja tapi bisa membuat (hanya) dia yang baper. mungkin ini memang balasan akibat dia yang nggak peka, akhirnya dipehapein sama cowok yang sudah memberikan harapan (entah saya yang kegeeran ato emang iya kalo dia ngasih harapan), tapi dia duluan yang meninggalkan saya. saya nggak salah, dong. :3

setelah bikin tweet saya berhenti ngestalk. saya bersyukur banget bisa menemukan fakta bahwa dia sebenarnya baik-baik saja. yaaa, walaupun baik-baiknya itu bukan karena saya, saya juga nggak maksa. saya tahu dengan status cewek-tidak-peka saya pun nggak bisa membahagiakannya.

dia baik. amat baik. saya nggak bisa membalas kebaikannya. saya nggak mau terlalu mempermainkan kebaikannya. saya ikhlas dia pergi kemanapun yang dia inginkan. serius.

saya hanya bisa berharap, semoga kita semakin jarang bertemu, karena move on itu butuh waktu.

dan itu berarti, saya harus mencari moodboster baru.
semangat qaqaaaaa~