Hurt
Sedang tidak patah hati, tapi kenapa rasanya sakit sekali?
:(
Sehebat-hebatnya manusia adalah ia yang dapat membantu menyelesaikan masalah orang lain dan juga masalahnya sendiri. Namun, tidak semua orang memiliki keduanya.
Hampir semua orang - entah sok atau memang benaran - bijak dalam menyikapi suatu permasalahan. Terutama masalah di dalam hati. Hati orang lain. Baik dalam memberikan masukan, ataupun hanya sebagai pendengar setia.
Iya, tidak ada salahnya, membantu orang lain tanpa ikut campur dalam masalahnya tersebut.
Tapi tidak semua orang dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya sendiri. Kebanyakan menyikapinya dengan hal-hal diluar kebiasaan dan sifat yang ditunjukkan ke orang-orang.
Jadi, jika ada seseorang yang anda kenal, yang tiba-tiba bersikap "aneh" dan "tidak wajar" daripada biasanya, berarti dia sedang pusing memikirkan masalahnya.
Masalah kok dipikirkan, ya diselesaikan lah.
Dulu kalimat di atas sering saya ucapkan kalau ada teman yang bingung menghadapi masalahnya masing-masing. Sampai akhirnya saya mengalaminya sendiri. Mampus.
Ada suatu "perasaan" yang mengganjal, entah bagaimana cara mengekspresikannya.
Cerita, pada siapa?
Menangis? Kusudah lelah.
Bosan? Tidak.
Tepatnya bukan itu.
Bukan kebosanan yang dirasakan. Mungkin seperti, hm, bagaimana caranya membuang waktu dengan hal yang bermanfaat. Saking bermanfaatnya hingga bisa membuatmu lupa akan kegelisahan hati yang sesungguhnya nggak penting untuk dipikirkan. Tapi yaa gimana, tetap kepikiran juga ujung-ujungnya.
Haha.
Dusta aja terus.
Itulah mengapa saya tidak berani berjanji. Karena saya suka mengingkari janji itu sendiri. Tanpa sadar.
Jujur saja, manusia terkadang hanya butuh didengarkan. Hanya butuh dimengerti.
Tanpa ikut dicampuri.
23 Juni 2018.
22:03.
di kampung halaman tercinta.
Bahkan ketika pulang pun masih bisa merasa galau juga.
Ketika di perantauan merasa lelah jadi ingin pulang. Ketika sudah pulang tapi masih bisa merasa dilema juga, harus bagaimana?
Jadi, temen saya (cewek) cerita kalo dia naksir seseorang (cowok), dan ternyata temennya (cewek) temen saya ini juga naksir orang yang sama. Temen saya awalnya kesel gimana gitu. Kok bisa mereka berdua (cewek-cewek) temen akrab bisa naksir orang yang sama, padahal masing-masing nggak pernah cerita. Akhirnya temen saya ngalah, dia rela si cowok deket sama temennya.
Dia seneng malah, katanya "untung aku nggak lanjut deket sama dia. Coba kalo dilanjutin, duh. Bisa-bisa nyesel seumur hidup."
Terus dia nanya "kalo kamu gimana? Perasaanmu gimana kalo tau cowok yang kamu taksir malah deket sama cewek lain?" Sebenernya dia nggak bener-bener nanya saya, dia cuma nyeplos doang.
Dia nggak tau kalo saya juga naksir cowok. Tapi kalo saya ada di posisinya yaa saya bersyukur sih. Sebenernya kalo si cowok nggak suka sama saya, saya nggak apa. Tapi kalo ternyata dia juga suka sama saya, gimana dong? Ya saya nyadar diri saya emang nggak pantes buat dia. Iya, "nggak" pantes, bukan "belum". Saya udah jatuh banget, udah belajar dari pengalaman. Saya punya kenangan buruk yang membuat saya terus berpikir "saya emang nggak pantes buat siapapun".
Saya ikhlas, atau saya yang kurang ajar? Berani menyukai seseorang yang (menurut saya) nggak pantas buat saya. Seharusnya saya sadar diri.
Tapi gimana dong, Tuhan menyiptakan "perasaan" kadang datang sendiri kadang dipermainkan kadang dijatuhkan semaunya.
Semuanya emang butuh proses untuk dimengerti.
Ketika calon gebetanmu dideketin cewek lain. Apa yang harus kamu lakukan?
- mundur
Resiko: mungkin nyesek, tapi harus ikhlas. Tapi yaaaa berat :"
- lanjutin
Konsekuensinya ya harus bisa bersaing sehat.
Intinya apapun pilihannya, kalo udah takdir jodoh pasti bakal balik lagi.
Walaupun saya sendiri nggak yakin bakal ada yang mau...
Saya cuma pengen menikmati rasa-rasa ini aja kok. ^^